Umatuna.com - Pemerintah Indonesia diminta tidak terseret pusaran konflik Amerika Serikat dan China dalam menjalankan politik luar negeri. Prinsip politik bebas aktif masih relevan untuk dilaksanakan saat ini.
"Tapi, kita perlu tahu China ingin mengalahkan Amerika. Mereka ingin membuktikan sosialisme China lebih unggul dibanding kapitalisme Amerika," kata peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Adriana Elisabeth, dalam Seminar Peradaban "Masih Relevankah Politik Luar Negeri Bebas Aktif?" di Universitas Paramadina, Jakarta, Rabu (15/3).
Selain itu, ia mengatakan, Indonesia tidak perlu mengkhawatirkan hegemoni China di bidang ekonomi. Sebenarnya China juga akan gentar terhadap Indonesia bila posisi Indonesia jelas di percaturan politik global.
"Kalau kita memposisikan diri kita jelas, kita bisa menentukan apa saja. Negosiasi dengan China juga bisa dikompromikan, tidak usah takut China," kata Adriana.
Ia menilai keputusan Indonesia sangat ditunggu di tengah pertarungan global, antara memilih ikut China atau Amerika Serikat. Namun, dengan pijakan politik bebas aktif, semua pilihan sangat terbuka dan tidak harus condong ke salah satu blok.
Dia menyarankan, Indonesia lebih mengedepankan kepentingan nasional dan bersifat pragmatis dalam politik internasionalnya.
"Kepentingan nasional diutamakan. Tidak harus pilih ikut kubu mana," ucap Adriana. (rmol)
"Tapi, kita perlu tahu China ingin mengalahkan Amerika. Mereka ingin membuktikan sosialisme China lebih unggul dibanding kapitalisme Amerika," kata peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Adriana Elisabeth, dalam Seminar Peradaban "Masih Relevankah Politik Luar Negeri Bebas Aktif?" di Universitas Paramadina, Jakarta, Rabu (15/3).
Selain itu, ia mengatakan, Indonesia tidak perlu mengkhawatirkan hegemoni China di bidang ekonomi. Sebenarnya China juga akan gentar terhadap Indonesia bila posisi Indonesia jelas di percaturan politik global.
"Kalau kita memposisikan diri kita jelas, kita bisa menentukan apa saja. Negosiasi dengan China juga bisa dikompromikan, tidak usah takut China," kata Adriana.
Ia menilai keputusan Indonesia sangat ditunggu di tengah pertarungan global, antara memilih ikut China atau Amerika Serikat. Namun, dengan pijakan politik bebas aktif, semua pilihan sangat terbuka dan tidak harus condong ke salah satu blok.
Dia menyarankan, Indonesia lebih mengedepankan kepentingan nasional dan bersifat pragmatis dalam politik internasionalnya.
"Kepentingan nasional diutamakan. Tidak harus pilih ikut kubu mana," ucap Adriana. (rmol)
COMMENTS